Thursday 18 April 2013

Produk Kecantikan dan kosmetika dalam kajian Islam

Penjelasan mengenai Produk Kecantikan dan Kosmetika  Warisan Islam

  Islam mengajarkan sehat dan hidup bersih  kepada umatnya. Hadis Nabi menjelaskan, Rasulullah SAW bersabda, “Kesehatan adalah  salah satu hak bagi tubuh manusia''. Atas dasar seruan Rasulullah SAW agar umat Islam memelihara kebersihan rambut dan badan, para sarjana dan ilmuwan Muslim terdorong  untuk menghasilkan beragam produk kecantikan di era keemasan.


Apa Anda mengetahui bahwa beragam jenis produk kecantikan dan kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang pesat saat ini merupakan hasil karya sarjana Muslim di era kekhalifahan? Pengembangan produk kecantikan kosmetika di dunia Islam begitu gencar dilakukan seorang dokter dan ahli bedah Muslim di Andalusia, Al-Zahrawi (936-1013 M) pada abad ke-10 M.

 Ensiklopedia kesehatan berjudul  Al-Tasreef, Albucassis – begitu Barat menjuluki Al-Zahrawi - telah mengelaborasi  secara khusus tentang produk kecantikan dan kosmetika. Bagi Al-Zahrawi, kosmetika merupakan bagian dari pengobatan. Kitab Al-Tasreef ini begitu besar pengaruhnya di Eropa.

, buku  yang telah diterjemahkan ke berbagai  bahasa Latin memperkenalkan produk kecantikan itu sempat menjadi buku utama yang digunakan kebanyakan universitas di Eropa pada abad ke-12 hingga 17 M. Kemungkinan besar dari kitab itulah Barat mengembangkan produk kosmetika. Tak heran, jika kini negara-negara Barat menjadi produsen kosmetika terbesar di dunia.

Al-Zahrawi  menyebutkan dalam kitab Al-Tasreef, pentingnya minyak gosok dan mengupas bahan-bahan dasar untuk membuat minyak itu secara detail. Al-Zahrawi juga mengajarkan cara-cara memperkuat gusi dan memutihkan gigi. Ia juga memperkenalkan beragam parfum dengan aroma yang bervariasi.

 untuk pengobatan dan kecantikan, Al-Zahrawi menggunakan zat minyak yang disebut Adhan. Al-Zahrawi  sebagai seorang ilmuwan Muslim menjelaskan cara merawat kecantikan rambut, kulit, gigi dan seluruh bagian tubuh dalam batas-batas ajaran Islam.


Pada abad ke-12 M, peradaban Islam di Spanyol juga sudah mengenal dan menggunakan produk kosmetika lainnya seperti krim tangan (hand cream), pencuci mulut (mouth washes) serta nasal spray. Selain itu, peradaban Islam di era keemasan juga telah menemukan semacam deterjen yang bernama lenor. Bahan yang mengandung wewangian itu digunakan untuk mencuci pakaian agar bersih dan harum.

PAda saat Cordoba telah mencapai kemajuan yang begitu pesat, umat Islam memiliki tradisi untuk membawakan bunga bagi orang yang sakit. Tren yang terjadi saat Cordoba memiliki 600 mesjid, 300 pemandian umum, 50 rumah sakit dan 70 perpustakaan publik hingga kini masih tetap berkembang di era modern ini.

Pada tahun 1887, Stanley Lane Poole dalam buku “The Moors in Spain” mengakui kehebatan yang dicapai umat Islam di Spanyol. Dengan nada menyindir, Lane Poole menyatakan kemilau yang diperoleh Kristen Spanyol setelah Islam diusir bagaikan bulan yang cahayanya hasil meminjam dari umat Islam.

                                                                      ***

Selain Al-Zahrawi, dokter Muslim lainnya yang berkontribusi dalam bidang kecantikan adalah Ibnu Sina (980-1037 M). Dalam salah satu bab pada bukunya yang sangat fenomenal berjudul Canon of Medicine, Ibnu Sina secara khusus membahas tema kecantikan atau Ziyet. Avicenna begitu orang Barat memanggilnya mengupas tentang perawatan tubuh mulai dari rambut dan tubuh.

Selain itu, Ibnu Sina juga membahas cara-cara perawatan kulit serta penyakit kulit dan penyembuhannya. Dokter Muslim itu juga memaparkan seputar masalah obesitas dan tubuh yang terlalu kurus serta dampaknya bagi penampilan. Berikut ini beberapa ringkasan dari bab tentang Ziyet yang dipaparkan Ibunu Sina dalam Canon of Medicine.

Pertama, Ibnu Sina membahas tentang simptom atau gejala. Contohnya, ia mengupas tentang berbagai masalah kecantikan yang kerap dihadapi setiap orang, seperti rambut rontok, kulit yang berubah pucat serta bagaimana merampingkan tubuh.

Ibnu Sina memulai studinya tentang kecantikan dimulai dari perawatan kepala dan diakhiri dengan kaki. Khusus perawatan kaki, Ibnu Sina menekankan pada perawatan kuku. Topik tentang kecantikan berkaitan erat dengan produk kecantikan dan kosmetika. Dalam kitabnya yang fenomenal itu, ia juga mengungkapkan tentang fomula perawatan rambut dan kulit.

Selain itu, Ibnu Sina juga memaparkan tentang penyakit-penyakit kulit, metabolisme serta makanan yang perlu dikonsumsi dan tidak untuk menjaga kecantikan tubuh. Tujuan Ibnu Sina mengupas masalah kecantikan bukan bertjuan untuk mempercantik orang, namun ia lebih menekankan pada sudut pandang kesehatan, yakni cara merawat tubuh.

Kedua, dalam bab tentang kecantikan Inbu Sina juga lebih menekankan pada observasi. Tema Ziynet berhubungan dengan gejala-gejala yang dapat diobservasi secara eksternal. Observasi bertujuan untuk mempermudah kerja para dokter untuk menangani dan mengatasi berbagai penyakit yang biasa terjadi pada tubuh mulai dari kepala hingga kaki.

Para sarjana Muslim memberi kontribusi yang begitu besar dalam bidang kosmetika dan kecantikan. Lagi-lagi masyarakat Barat berutang budi kepada Al-Zahrawi dan Ibnu Sina yang telah melahirkan beragam terobosan dalam bidang produk kecantikan kosmetika dan kecantikan. Kesuksesan yang dicapai Peradaban Islam di era keemasan sudah seharusnya melecut semangat umat Islam untuk kembali bangkit dari keterpurukan.

 hendaknya mereka yang dianugerahi kecantikan lahiriah, mempercantiknya dengan akhlak mulia.  Wanita mana yang tidak ingin agar dapat tampil cantik?
bagi sebagian wanita, penampilan cantik dan menarik Di era modern ini sudah menjadi kebutuhan dan keharusan. Berbagai cara dan upaya pun ditempuh untuk memiliki kecantikan dengan memiliki produk kecantikan yang ideal.
Mereka pergi ke salon kecantikan, memakai aneka kosmetika, mengenakan pakaian merek ternama, bahkan menjalani operasi plastik untuk memperindah bagian tubuh tertentu. Perasaan ingin tampil cantik adalah hal yang wajar. Itu merupakan kecenderungan bagi setiap kaum Hawa, dan menjadi fitrah sekaligus nikmat dari Allah SWT.
Namun, kecantikan juga adalah ujian. Bagi yang menggunakannya sesuai tuntutan agama, dia akan menjadi orang yang beruntung. Dan, bagi yang menggunakannya di jalan kemaksiatan, sangatlah merugi dan berdosa.
Kecantikan haruslah meliputi kehidupan beserta seluruh isinya, juga segala sesuatu di sekitar manusia. Segala yang bisa ditangkap oleh panca indera perlu diupayakan terlihat cantik dan indah.
Maka dalam konteks ini, kecantikan tidak bisa dinilai dan dimaknai hanya dari aspek lahiriah semata. Ada unsur yang lebih utama, bahkan dapat menyematkan seorang Muslimah pada predikat 'ratu kecantikan sejati'.